Untuk mengatasi itu, dr. H. Indra G. Mansur DHES, Sp.And., pada sekitar tahun 1998 telah mengembangkan PLI (Paternal Leukocyte Immunization) atau imunisasi lekosit suami di Klinik Imunologi & Kesehatan Reproduksi Sayyidah (Pondok Kelapa), Klinik Sam Marie (Kebayoran Baru dan Pondok Bambu), dan Klinik Budhi Jaya (Tebet). PLI merupakan suatu bentuk terapi imunologi yang disebut imuno terapi dengan menggunakan sel imuno kompeten atau sel yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Pada PLI yang dimanfaatkan adalah sel darah putih (lekosit) suami. Menurut Indra, ada beberapa keuntungan lebih yang didapat dari PLI ketimbang obat-obatan imunosupressor, yaitu lebih baik dan lebih selektif, tidak menurunkan sistem imun tubuh secara keseluruhan, dan hanya menurunkan kadar antibodi antispermatozoa terhadap spermatozoa suami.
Siapa saja yang membutuhkan PLI? Pertama, pasangan suami-istri infertil, baik yang primer (sama sekali belum punya anak), maupun yang sekunder (pernah punya anak tapi mengalami kesulitan untuk memiliki anak berikutnya). Kedua, pasangan suami istri dengan riwayat keguguran berulang (2 kali atau lebih). Ketiga, pasangan suami istri dengan riwayat kehamilan tidak berkembang atau hamil nir-mudigah.
KASUS INFERTIL
Sesungguhnya tubuh manusia memiliki sistem kekebalan yang akan menolak segala sesuatu dari luar. Virus, bakteri, termasuk sperma merupakan benda asing bagi tubuh. Namun, penolakan ini ada yang bisa ditoleransi (fetomaternal toleransi) dan ada yang tidak. Pada ibu dengan kemampuan toleransi yang baik maka sel telurnya dapat dengan mudah bertemu sperma sehingga terjadilah pembuahan. Sebaliknya, tubuh yang tidak memiliki kemampuan toleransi baik (memiliki antibodi antispermatozoa yang tinggi) akan menolak setiap sperma yang masuk.
Nah, untuk meningkatkan kemampuan toleransi itulah PLI diberikan sebelum konsepsi berlangsung. Dari situ diharapkan antibodi antispermatozoa dalam tubuh ibu akan mencapai batas normal dan tidak menolak lagi sperma suami. Pemberian terapi minimal 3 kali dengan jarak 3 sampai 4 minggu. Serum yang berisi sel darah putih suami akan disuntikkan di bagian bawah kulit ibu. Setelah terapi, pasien disarankan untuk melakukan penilaian ulang uji imunoandrologi. Bila hasilnya telah mencapai batas normal maka tidak perlu dilakukan terapi kembali. Jika belum, dapat dilakukan terapi ulangan hingga mencapai batas normal.
KEGUGURAN BERULANG
Manfaat PLI ini juga dapat dirasakan ibu yang kerap mengalami keguguran berulang atau kehamilan tidak berkembang. Itu karena fungsi lain PLI adalah meningkatkan antibodi penghambat (blocking antibody) pada tubuh ibu. Antibodi penghambat yang terbentuk saat hasil pembuahan melakukan kontak dengan darah ibu berguna untuk melindungi janin terutama pada trimester pertama atau usia 12 minggu kehamilan. Nah, ibu dengan antibodi penghambat yang rendah akan berisiko mengalami keguguran atau janin tidak berkembang (cacat) karena tubuhnya tidak dapat melindungi janin dengan baik.
Untuk kasus seperti ini, tutur Indra, maka terapi PLI akan diberikan setelah terjadi konsepsi hingga usia kehamilan 12 minggu. Tujuannya untuk meningkatkan antibodi penghambat sehingga memperkecil risiko keguguran atau kehamilan tidak berkembang.
YANG PERLU DICERMATI
Sebelum PLI dilaksanakan ada beberapa saran yang diberikan Indra:
* Sebelum dilakukan pengambilan sel darah putih, kondisi suami harus benar-benar dalam keadaan sehat. Suami hendaknya sudah melakukan uji pra-ILS (untuk memastikan bebas HIV, hepatitis, dan penyakit menular lain). Jadi kondisi fisiknya memang benar-benar sehat.
* Bagi ibu, sebelum pelaksanaan terapi, hindari makanan yang dapat menyebabkan alergi, seperti golongan makanan seafood. Ini perlu meski ibu tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan karena dikhawatirkan dapat menyebabkan kegagalan imunisasi.
HINDARI MENIKAH DENGAN SAUDARA DEKAT
Nasihat untuk tidak menikahi saudara dekat karena dikhawatirkan akan memiliki anak cacat ternyata benar adanya. Menurut Indra, makin jauh hubungan darah antara suami dan istri maka antibodi penghambat (blocking antibody) yang terbentuk kala ibu hamil akan semakin meningkat. Sebaliknya, bila hubungan darah antara suami dan istri dekat, maka antibodi penghambat yang terbentuk pada saat hamil akan rendah.